Bagi anda warga Kalimantan Selatan, pastilah nama Loksado, di pegunungan meratus anda sudah mengetahuinya. Dan bagi pendatang yang stay di Kalsel atau yang akan berlibur vacation ke Kalimantan Selatan, jangan sampai terlewatkan salah satu tempat untuk menikmati pemandangan alam yang super, tiada duanya.
Balanting Paring atau Bamboo Rafting atau Berselancar di Sungai yang berair deras dengan Rakit Bambu, atau Arung Jeram dengan Bambu, bedanya kalau arung jeram menggunakan perahu karet, dan jenis arusnya pun bermacam macam, ada kelas kelas / level nya. Kali ini bawa anak anak outing ke daerah pegunungan Meratus, tepatnya daerah Loksado, Kalimantan Selatan.
Awalnya Bamboo Rafting dimulai ketika masyarakat Hulu berniaga menjual bambu ke hilir setelah musim panen. Diikat sampai puluhan batang dan kemudian dibawah berselancar ke hilir, sekitaran daerah/pedesaan di dataran rendah di Kandangan. Dan sekitar sampai tahun 2012 pun para juru mudi apabila sudah selesai membawa wisatawan balanting / berakit, maka rakit tersebut langsung di buka ikatannya dan dijual ke penduduk di hilir, atau dipotong potong untuk siap pakai menjadi pagar atau dinding dan kegunaan lainnya. Namun per kunjungan terakhir kami disini, paman juru mudi sampaikan bahwa saat ini sudah jarang pembeli sehingga kebanyakan rakit setelah dilepas dibawa kembali ke hulu untuk dipakai lagi balanting.
Dikala jenuh dengan ketidaknyamanan, hiruk pikuk dan suasana lingkungan di kota, maka ini adalah salah satu kegiatan yang dapat merefresh, membersihkan pikiran menjadi jernih kembali. Ya, Balanting Paring, Naik Bambu Rakit di derasnya sungai Amandit di Loksado, Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Balanting berasal dari kata lanting atau rakit, jadi berakit kalau dalam bahasa indonesia. dan paring adalah bambu. Jadi, Balanting Paring artinya Berakit Bambu. Lokasi ini sangat pantas dijadikan salah satu tujuan utama objek wisata di kalimantan selatan, namun perlu lebih mendapat perhatian dari pemerintah untuk pengembangannya, dan selalu memonitor dan mengkontrol instansi atau kelompok terkait dalam proses perawatan dan pemeliharaannya.
Persiapan
Perlunya persiapan, karena banyak yang tidak tahu dan tidak ada pun pengumuman ditempel di pos informasi bamboo rafting ini, dan minusnya, petugas pun tidak akan memberitahu anda.
Bagi anda yang belum tahu rute dan arah ke tempat ini, acuannya hanyalah daerah KANDANGAN. bawa peta atau GPS atau gunakan smartphone anda sebagai pemandu.
Bawa pakaian ganti khususnya untuk anak anak, handuk, sabun untuk mandi
Sebaiknya anda tidak membawa dompet dan peralatan elektronik selama berakit dengan bamboo rafting. tinggalkan di pos informasi, titip sama petugas disana
Pakaian sebaiknya yang sudah siap basah, pikirkan sendiri yang nyaman untuk anda basah basahan, dan yang terpenting apabila membawa anak anak, pastikan anak anak tidak kedinginan selama diatas rakit
Bawa pelampung yang berfungsi dengan baik untuk anak anak anda, pastikan dipasang dengan baik
Menggunakan alas kaki? hmm, tidak perlu, sebaiknya simpan sepatu atau sandal anda di pos informasi
Kamera, Hape atau alat foto lainnya, pastikan waterproof
Dan yang terpenting bagi anda yang membawa anak anak, pastikan anda bisa berenang, mental fisik OK. Jangan sampai anda duluan yang cemas dan takut selama diatas rakit atau ketika rakit tersangkut batu besar di tengah derasnya arus sungai loksado. dan siap siap untuk terjun membantu juru mudi mendorong rakit apabila tersangkut atau bahkan ketika ikatan rakit lepas atau pecah.
Makan Minum sebelum berakit, jangan sampai memikirkan makanan minuman selama diatas rakit
Ringkasan Mekanisme ke Loksado (sesuai kunjungan kami January 2015)
Berdoa tentunya, dan jangan sampai menyampah, apalagi menyumpah di lokasi ini, hargailah alam sekitar, be nice, be comfort, dan belajar menjadi individu yang lebih baik disinilah tempatnya.
Perjalanan ke Lokasi, Loksado, Pegunungan Meratus, Menanjak, Menurun
10 km sebelum sampai, ada pos bayar tiket masuk ke lokasi, 1 orang Rp 3000
Sampai di lokasi, bagi yang bawa kendaraan parkir di dekat pos informasi
Proses tawar menawar terjadi, harga berakit untuk 1 rakit per January 2015 Rp 300,000, harga sewa pelampung bagi yang tidak bawa Rp 10,000/pelampung, harga ongkos ojek untuk kembali ke lokasi setelah berakit ke hilir Rp 25,000 per motor. Perlu diketahui 1 Rakit hanya untuk 2 orang penumpang dewasa saja, jika bisa 3 orang dewasa berarti anda sedang beruntung. Lebih dari itu tidak safe lagi, bisa pecah/tenggelam rakitnya.
Bayar parkir keluar rp 10 ribu
Bensin, PP Banjarmasin – Loksado, lebih kurang 30 liter.
Perjalanan ke Loksado
Perjalanan dari Banjarmasin melewati rute Banjarbaru, Martapura, Tapin, Rantau dan Kandangan. Kemudian naik ke dataran tinggi Loksado. Total waktu tempuh jika perjalanan pagi/siang hari lebih kurang 5-6 jam sampai ke lokasi tersebut. Namun perjalanan pulang kami persis 3 jam saja sampai, 1 Jam dari Loksado ke Bundaran Menara Ketupat Kandangan, 2 jam dari bundaran tersebut sampai kembali di Banjarmasin, perjalanan malam tentunya, sudah sepi pengendara roda 2 dan roda 4 juga tidak seberapa.
Alhamdulillah, ketika kunjungan kami kesini, pagi sampai siang hujan deras tidak henti hentinya sepanjang perjalanan dari Banjarmasin sampai ke Kandangan. Yang terbayang adalah apakah sungai Amandit tempat rafting ini akan meluap atau banjir, karena tentunya bilamana hujan juga terjadi di hulu sungai atau pegunungan maka volume air yang terun akan cukup besar. ketika sampai di perempatan ketupat (ada monumen ketupat) di perempatan tersebut, hujan sudah reda dan jalan pun sampai ke lokasi sudah tidak basah, perjalanan ke lokasi turun naik, sisi kiri kanan jurang dan ada juga beberapa tempat terjadi longsor namun sudah diperbaiki instansi terkait.
Pas timingnya, ternyata Hujan membawa berkah dan menyambut kami dengan meriah, karena ternyata sungai masih dalam kondisi bisa dilalui dengan rakit, dan air pun dalam taraf level medium-tinggi, dan ini yang membuat perjalanan berakit bambu dengan anak anak lebih menyenangkan, begitu kata paman juru mudi nya. Kalau tidak hujan, maka riak gelombang sungai nya tidak akan sebesar dan seseru yang kami alami, hanya biasa biasa saja, slow slow saja, lebih kurang begitu, bedanya dari warna air sungai, kalau jernih, hijau maka arusnya masuk dalam kategori normal-datar. Namun ketika kunjungan kami ke loksado, air sungai menyambut wah dan memberikan tantangan yang tidak terlupakan.
Sembari memperbaiki dan mengencangkan beberapa ikatan lanting beberapa juru mudi rakit (pandu alam) mengatakan bahwa ini kategori Banjir…. pada bisa berenang kan? Alhamdulillah bisa Paman ujar anak anak serentak. ciri cirinya kalau tidak banjir maka air sungai akan berwarna hijau, namun ketika berpetualang dengan anak anak airnya berwarna coklat (bercampur lumpur dari hulu)
Show Time
OK, bersiap ya, ujar Paman Juru Mudi, kita berangkat, duduk ditengah dan jangan dipinggir ya. OK Paman, let starts! Begitu sigapnya Paman Juru Mudi melepas tali dan langsung mendorong rakit ke tengah, dan petualangan di Sungai Amandit Loksado dimulai.
Setengah jam perjalanan berakit, setelah melewati sebuah riak yang cukup besar, kaki saya kejepit bambu rakit, dan berusaha melepaskannya. salah saya, karena berdiri di posisi terlalu kebelakang dimana beberapa bagian bambu tidak terikat lagi, jadi begitu ada lonjankan gelombang sungai, kaki nyungsep kebawah. setelah berusaha melepaskan dan melonggarkan kaki, ternyata…. paman juru mudi teriak, pegangan semua! ….. dan rakit nyangkut diatas batu besar yang tidak terlihat oleh paman juru mudi, karena kalau arus sungai dalam taraf normal batu tersebut akan kelihatan, dan lagian paman juru mudi sudah hapal rute nya, jadi sudah paham. namun karena sangat besar dan kuatnya gelombang sungai, bambu pandu sebagai dayung atau tongkat pendorong yang dipakai paman juru mudi patah sehingga rakit kami tersangkut batu besar di tengah riak gelombang kiri kanan depan belakang yang besar.
Allahuakbar, dan tanpa memasang wajah ragu dan cemas, karena khawatir dilihat anak anak, malah akan membuat mereka takut, saya berusaha tenang, dan akhirnya turun ke sungai membantu paman juru mudi mendorong rakit keluar dari batu tersebut, dan tanpa disadari tas kamera yang disandang, dompet dsb juga basah karena masih tersimpan ditempatnya. tidak masalah, karena sudah nekat, yang penting anak anak tenang, dan rakit tidak pecah… karena dari referensi yang pernah saya dengar dan baca dan melihat cara mereka membuat rakit, walaupun kuat tapi rentan terlepas dan bambu bisa pecah.
Hebatnya kepedulian sesama, seorang pemancing yang berdiri di pinggir sungai, juga langsung turun ketengah sungai bergelombang besar tersebut membantu kami, diapun basah kuyup. terima kasih Pak… Paman Juru Mudi terlihat pucat, karena sudah diusahakan didorong kanan kiri dan dari samping kedepan rakit tidak bergerak. dan tidak mungkin meng-evakuasi anak anak, karena kami persis di tengah sungai dan arus gelombang yang cukup besar. ketika saya turun, air nya se dada orang dewasa, dan bismillah, beberapa kali kami dorong bersama paman juru mudi, akhirnya rakit mulai bergerak, tanpa memikirkan basah basahan dsb, yang penting keselamatan anak anak dan mama nya…. bismillah. satu dua tiga akhirnya rakit meluncur dan saya serta paman juru mudi langsung naik ke rakit.
ternyata ada dokumentasinya, ketika membantu paman juru mudi (pandu alam) mendorong rakit di tengah arus sungai yang banjir deras, menyelamatkan anak anak 🙂
Jarak 20 meter dari lokasi tersangkut, kami bertemu perairan yang tenang dan Paman Juru Mudi meminggirkan rakit, karena beberapa ikatan rajutan bambu ada beberapa yang lepas. dan setelah diperiksa, 2 buah bambu utama di tengah pecah (belah). Allahuakbar, kami masih bisa selamat karena pertolongan-Nya. Paman juru mudi bilang, tenang saja, kita masih bisa lanjut, dan tunggu ya, paman cari bambu dulu. Ternyata di sepanjang jalur sungai banyak bambu bambu yang tumbuh, paman juru mudi kembali membuat tongkat kendali (pendorong) dan mengikat ulang semua ikatan rakit yang lepas, namun saya tidak cerita ke anak anak dan mamanya, khawatir membuat mereka cemas dan mengatakan ok ok saja, hanya mengikat ulang.
setelah perbaikan 15 menit, kami mulai jalan lagi dan josss… ikatan bambu cukup kuat dan melewati riak gelombang yang sangat besar pun rakit kami tetap stabil.
Selama perjalanan, kita dapat melihat pemandangan hutan, alam, langit dan pegunungan yang sangat memukau, sangat indah. Dan jangan lupa, disepanjang perjalanan akan bertemu pemukiman penduduk lokal yang kaya akan budaya nya, hargailah mereka dan berikat respect anda dengan memberikan lambaian atau membungkuk hormat dan atau sekedar tersenyum kepada mereka. Mereka adalah saudara saudara kita masyarakat Dayak Hulu, Dayak Meratus yang masih menjaga keasrian budaya lokal mereka. Dan disepanjang perjalanan akan bertemu beberapa jembatan gantung yang melintasi sungai amandit, sebagai sarana bagi penduduk lokal untuk menyebrang, dan rakit rakit bambu yang dibuat seperti rumah rumahan juga ada.
Perjalanan selama hampir 2 jam dan kamipun berlabuh di perhentian terakhir dan sudah ditunggu 2 orang pantia yang menanti dengan motor untuk kami kembali ke lokasi awal. Semua basah kuyup, mandi mandi juga sekalian anak anak selama diatas rakit, minta dipegangin dan berenang di samping rakit dan si uda alfi dibilangin, uda awas ada mud cat … hehee, dia bilang gak mungkin ada mud cat disini. si uda biasa nonton mud cat di siaran tv NGC jadi tahu semua tentang ikan ikan monster, hehe.
kembali ke lokasi awal dengan motor hanya 5 menit, berakit 2 jam…. hehe, namun semua tidak bisa ada yang bisa tergantikan dan kami semua ingin mengulang kembali petualangan berakit bambu, balanting paring di loksado yang tidak akan terlupakan. Benar benar adrenaline rushed! We’ll be back!
Masih banyak lagi beberapa tempat yang bisa dikunjungi untuk berlibur bersama keluarga di kawasan loksado, seperti pemandian air panas tanuhi, dan beberapa spot tempat air terjun disekitaran loksado dimana airnya mengalir ke sungai amandit. Namun dikarenakan waktu yang tidak banyak dan spent untuk berakit, maka kunjungan ke tempat tempat tersebut harus di atur waktunya sedemikian rupa atau menginap dikawasan tersebut, karena ada homestay nya juga.
bersambung – to be continue
— January 31, 2015