Tepat hari ini FaYa pas berumur 1.5 tahun lebih 11 hari, dan ALFi mau 3 Bulan kurang 12 hari. Tidak terasa my daughter and son tumbuh dengan cepat, mulai dari ALFi yang sudah punya kepandaian macam macam, mulai dari ngelirik, pegangan, menggenggam, ngambek, ngeplototin kita kalau marah, sudah pakai baju batik, pakai celana (yang selama 1.5 bulan di bedong), dan tidak lupa manja, ngambek dan nangisnya (selalu always)
FaYa juga sudah punya kepandaian macam macam, mulai dari lari lari yang lumayan sudah kencang, ngomong yang sudah ‘lurus’, nangis kalau ditinggal, manja, berantakin dapur, ruang tamu, kamar, lemari dll. Maksudnya sih seperti mau ngebantu MaMa gitu, tapi mungkin karena saking creative nya jadi segala over dan tidak terkendali…
Sudah beberapa hari ini mereka berdua tidak melakukan aktifitas berjemur dipagi hari dikarenakan molor bangunnya, dibangunin sama MaMa tidak ada yang mau bangun, padahal sudah berisik kalau PaPa mau berangkat kerja AM, tapi dua duanya kompak tidak mau bangun. PaPa hanya ngelirik sambil menikmati ‘keajaiban yang ada didepan mata’… (you known what i meant)
Memang dan memang perlu ‘cost lebih’ ketika sudah punya anak, mulai dari waktu, perhatian, kasih sayang dan yang terpenting untuk menafkahi mereka, “baru dua sudah repot”… (kata orang orang kebanyakan). Nggak kebayang orang orang dulu yang punya anak banyak tapi dengan santainya dan mereka tidak pernah pusing untuk membesarkan putra putri mereka, seperti keluarga PaPa dan keluarga MaMa yang punya anak banyak. Memang, kalau orang dulu bilang “banyak anak banyak rezeki”
Kiasan bahasa tersebut pun seperti nya ‘benar’ dari pandangan PaPa dan MaMa,
kenapa? karena ada orang sekarang yang beranggapan kok setuju sih dengan kiasan tersebut? banyak anak banyak rezeki? bukannya malah ‘nggak-berezeki’…? (people think about that) Malah pengertian yang seperti tersebut yang salah besar… alasannya apa? ya karena kebanyakan orang sekarang lebih melihat ke sisi materi, kemampuan, rasa ketakutan dan ketidak mampuan membesarkan anak anaknya, dikarenakan memang jaman yang semakin maju, pengaruh budaya, pendidikan dan makin bebasnya orang untuk berdemokrasi mengemukakan pendapat dimana mana dan juga memang modernisasi pemikiran pada kenyataannya banyak sekali mempengaruhi pemikiran orang orang sekarang. akhirnya kiasan banyak anak banyak rezeki tidak banyak yang diterima oleh orang.
Kalau PaPa dan MaMa melihatnya lebih ke ‘REZEKI’ yang di karuniakan oleh ALLAH SWT, bayangkan… (Mohon Maaf) berapa banyak pasangan yang sangat sangat susah untuk mendapatkan anak/keturunan? malah mereka mau menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan uang yang banyak untuk mendapatkan ‘Karunia’ NYA ini, bukan begitu kenyataannya?
Jadi mungkin karena dilihat dari sudut pandang yang berbeda akhirnya Kiasan tersebut kebanyakan tidak diterima oleh orang orang saat ini, ya itu tadi karena alasan alasan yang sudah disebutkan diatas.
Kesimpulannya, PaPa dan MaMa secara pribadi mengatakan Betapa bijaknya orang orang dulu berpikir, dan “TWO THUMBS UP” serta SALUT untuk orang orang dulu yang mempunyai pemikiran lebih Positif dan tidak melihat sesuatu dari sisi negatif dan dengan mempertimbangkan ketika banyak Positif daripada Negatifnya, maka hal tersebut adalah sesuatu yang “Positif”…
Dan yang perlu diingat, ini cuma sekedar tuangan pemikiran kami yang tidak expert dalam hal apapun, tapi setidaknya itulah pemikiran kami….
— January 19, 2007