Sindrom Pra-Haid!

Datangnya haid merupakan saat yang selalu dinantikan oleh kebanyakan kaum wanita.

Bila sampai haid terlambat datang, maka akan timbul  kekwatiran,  jangan-jangan  telah  terjadi sesuatu pada tubuh wanita  tersebut.

Kalau  hanya sekedar haid terlambat, biasanya bagi kebanyakan  dokter  tidak  begitu  sulit  untuk  mengatasinya. Dengan memberikan obat-obat pemancing haid, masalah dapat diatasi.

Namun ada satu masalah lain lagi bagi sebagian kaum wanita, yaitu saat-saat   haid  akan  muncul,  akan  selalu  disertai  dengan  rasa ketakutan.  Kalau bisa, lebih baik haid tidak usah datang.

Biasanya 7 sampai  10 hari menjelang haid, timbul rasa cemas, cepat marah, mudah tersinggung,  rasa  takut  atau gelisah yang berlebihan, badan lemas, perut  kembung,  nyeri  payudara, susah tidur, nafsu makan berkurang, sulit  berkonsentrasi.

Suami yang tidak tahu apa-apa sering dimarahi, sehingga  tidak  jarang  suami  yang  datang  ke dokter, menceritakan tentang kelainan yang di alami istrinya.

Keluhan-keluhan  tersebut  di atas merupakan suatu kelainan, yang dikenal dengan istilah sindroma pra haid, atau premenstrual dysphoric disorder  (PPMD).  Kelainan  ini  sangat banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi dan usia menjelang menopause. Yang khas dari kelainan ini  adalah,  keluhan  muncul  saat  menjelang  haid, dan akan hilang
dengan sendirinya begitu haid datang. 

Masalah  utama yang ditimbulkan oleh PPMD ini ialah gangguan pada diri  wanita  sendiri dan keluarganya, kerugian dalam bidang industri dan  komersial,  serta  dalam  skala yang lebih besar adalah kerugian pada  ekonomi  nasional.  Masalah tersebut dikaitkan dengan penurunan produktivitas kerja akibat peningkatan absensi kehadiran, kegiatan di tempat  kerja  terganggu selama 7 sampai 10 hari, dan ini sama dengan 84 – 120  hari per tahun, dan merupakan suatu kehilangan personal dan sosial yang bermakna.

Penyebab  pasti  dari  PPMD  belum  diketahui hingga kini. Banyak teori-teori  yang  dikemukakan  oleh  para ahli. Salah satunya adalah peranan dari hormon estrogen dan progesteron. 

Umumnya  menjelang  haid dijumpai peningkatan hormon progesteron, dan  penurunan  hormon  estrogen. Wanita terlihat lebih tenang, dapat mengerjakan  sesuatu  dengan  mudah,  santai, namun malas mengerjakan sesuai  pekerjaan  yang  berlebihan.  Begitu  haid muncul dan 10 hari setelah  haid,  di mana kadar hormon estrogen mulai meningkat, wanita terlihat  sangat  aktif,  ingin selalu bekerja, dan tidak pernah diam untuk melakukan sesuatu. Diduga pada kadar estrogen tertentu di dalam darah,  terjadi  stimulasi  aktivitas  sel-sel otak, sedangkan hormon progesteron menekan aktivitas sel-sel otak.

Dari  keterangan  ini,  maka  diduga  pada  wanita  PPMD dijumpai peningkatan  kadar estrogen yang berlebihan menjelang haid. Sepanjang pengalaman kami menangani wanita PPMD, kami temukan peningkatan kadar estrogen  darah  menjelang  haid. Namun demikian ternyata tidak semua wanita   dengan  PPMD  kami  ditemukan  peningkatan  kadar  estrogen, sehingga diduga ada faktor lain yang berperan dalam kejadian PPMD.

Kadar  estrogen  yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak  berlebihan, juga menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti  di  payudara,  tungkai, dan juga di otak. Wanita mengeluh payudara  sakit, kaki terasa berat, dan sakit kepala yang berlebihan, dan  kadang-kadang dapat terjadi kejang. Kejang-kejang menjelang haid kadang  didiagnosis sebagai epilepsi, sehingga tidak jarang diberikan obat-obat anti kejang.

Karena  penyebabnya  disebabkan  oleh kadar estrogen yang tinggi, maka  pengobatannya  adalah  dengan  pemberian  hormon anti estrogen. hormon anti estrogen yang terkenal adalah progesteron.

Biasanya progesteron diberikan dengan dosis 10 mg/hari, dari hari ke  16-ke 25  siklus  haid.  Untuk mengeluarkan cairan dari jaringan tubuh,  dapat  diberikan  obat diuretika  sampai menjelang  haid berikutnya. Selanjutnya sangat dianjurkan diet rendah garam.    

Perlu  disadari,  bahwa  pengobatan  dengan  hormon  progesteron memerlukan  waktu lama, sehingga sangat dituntut kesabaran dari pihak wanita.  Efek samping yang ditimbulkan oleh  progesteron  sangat sedikit.  Jenis  progesteron yang dianjurkan adalah jenis progesteron
alamiah,  seperti  didrogesteron,  atau  medroksi  progesteron asetat (MPA),  karena  jenis hormon ini memiliki khasiat antidepresif. Jenis progesteron sintetik justru menyebabkan depresif (ringan).

Pada  keadan  tidak  dijumpai  peningkatan  hormon estrogen, atau tidak  respon dengan pengobatan dengan progesteron, maka dewasa ini, terutama  di  negara-negara  maju, diberikan obat antidepresan. Salah satu  antidepresan  yang  populer  pada  PPMD  adalah  fluoxetine hydrochlorid.  Bila dengan progesteron maupun antidepresan tetap juga tidak  memberikan  hasil, maka perlu dicari predisposisi faktor, yang dapat  menggangu sistim saraf wanita tersebut, seperti stres, konflik di keluarga, atau di tempat kerja.

Akhir-akhir  ini  telah  dicoba  pengobatan  dengan  menekan cara keseluruhan  fungsi  dari  ovarium,  yaitu  dengan menggunakan Gn-RH, analog,  dan  hasilnya  jauh  lebih  baik,  bila  dibandingkan dengan pemberian  progesteron  saja.  Cuma  saja pengobatan cara ini relatif
mahal,  dan  dapat menimbulkan keluhan seperti pada wanita menopause, sehingga  selama   pemberian  Gn-RH-analog  harus  selalu  diberikan tambahan  hormon  estrogen  dan  progesteron. Di Inggris telah dicoba pemakaian  susuk  estrogen, dikombinasikan dengan tablet progesteron, dan  dengan  pengobatan  cara  ini,  2/3  wanita dengan PPMD dapat di
sembuhkan. 

Cara  sederhana  dan  murah  untuk  menangani  PPMD adalah dengan pemberian  pil  kontrasepsi kombinasi, atau pil yang hanya mengandung komponen  progesteron  saja.  Cara  ini  sangat  cocok  digunakan  di Indonesia,  karena  pil  kontrasepsi  relatif  mudah  diperoleh,  dan harganyapun terjangkau.

copy paste? silahkan, tidak dilarang. Tapi minta tolong supaya dicantumkan link sumbernya, anda lebih keren.

— April 3, 2005

What Do You Think?

Thanks elo © 2018