Para peneliti The Institute of Medicine (bagian National Academy Science di AS) telah mempelajari kadar Choline yang terdapat dalam air susu ibu (ASI).
Mereka baru-baru ini berkesimpulan bahwa Choline yang terdapat dalam ASI rata-rata sebesar 160 mg/liter atau 24 mg/100 gram kalori.
“Kekurangan choline atau asam lemak omega-3 yang disebabkan oleh asupan yang kurang atau karena adanya penyakit yang mengurangi daya serap, dapat menghambat perkembangan otak. Hal itu dapat menyebabkan kurangnya kemampuan kognitif dan perilaku yang akan berlangsung selama bertahun-tahun,” kata Profesor Ilmu Kedokteran Anak Sheila Margaret Innis dalam diskusi dengan wartawan di Bogor, Kamis.
Penelitian menunjukkan bahwa Choline adalah pembentuk syaraf penghantar acethylcholine yang berperan penting dalam proses perkembangan memori dan kemampuan belajar. Ia menambahkan, cara kerja Choline seperti halnya vitamin.
Menurutnya, kebutuhan akan zat tersebut dapat tercukupi bila balita memperoleh ASI hingga usia dua tahun. Setelah itu, bayi dapat memperoleh Choline dari makanannya seperti daging merah, “Kalau bayi makannya sedikit atau ibunya tidak lagi dapat memberikan ASI, mereka dapat memperolehnya dari susu formula. Kalau susu sapi biasa, kandungannya rendah.”
Profesor Innis dari Universitas British Columbia, Kanada telah mempublikasikan lebih dari 100 studi klinis tentang bayi, anak, dan wanita dengan penelitian pada hewan dan sel-sel tubuh untuk menekankan efek-efek kesehatan yang relevan dan dasar biologis atas manfaat dari komponen makanan tertentu.
Selain Choline, unsur Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic acid (ARA) juga memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang balita, terutama untuk mempengaruhi perkembangan otak. Studi klini telah menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan susu formula bayi, hanya jika kadar yang diberikan cukup tinggi serta diberikan dalam durasi yang tepat, maka pemberian DHA dan ARA akan memberikan keuntungan secara klinis.
“Tapi kandungan DHA dan ARA yang tertinggi ada dalam ASI,” ujar Ketua Kelompok Kerja Neurologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Pusat, Dwi Putro Widodo dalam kesempatan yang sama.
Pada studi sebelumnya, suplementasi beberapa asam lemak pada usia dini telah menunjukkan hasil perbaikan Indeks Perkembangan Mental dan ketajaman visual, tetapi hanya pada kadar 17 mg/100 kkal DHA dan 34 mg/100 kkal ARA. Kadar itu nyaris sama dengan rekomendasi FAO/WHO untuk susu formula bayi yang didasari pada kadar rata-rata yang terkandung dalam ASI di seluruh dunia.
Penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kadar AHA dan ARA yang sama yang diberikan pada masa menyapih sampai usia 12 bulan –baik melalui ASI maupun yang diberikan susu formula, memberikan keuntungan klinis pada ketajaman visual mencapai satu setengah baris lebih tinggi dari Standard Eye Chart dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula biasa tanpa DHA dan ARA.
copy paste? silahkan, tidak dilarang. Tapi minta tolong supaya dicantumkan link sumbernya, anda lebih keren.
— April 3, 2005