Penderita Lupus Boleh Hamil

PENDERITA lupus eritematosus sistemik boleh hamil asal penyakitnya sudah terkontrol, dalam arti keluhan fisik tidak muncul dan pemeriksaan aboratorium menunjukkan hasil normal. Lupus eritematosus sistemik
adalah salah satu penyakit otoimun. Pada penderita lupus, antibodi yang seharusnya menyerang benda asing yang masuk tubuh, misalnya kuman, justru menyerang tubuh dan menimbulkan peradangan.

Peradangan, menurut dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, bisa terjadi pada kulit, sendi, darah, ginjal, paru, dan
organ tubuh lain. Gejalanya bisa ringan sampai berat, bergantung pada organ tubuh yang terkena. Gejala umum lupus, antara lain, berupa demam, penurunan berat badan, rasa lelah berkepanjangan, sariawan, dan rambut
rontok.

Kulit yang terkena lupus berbercak-bercak merah, sensitif terhadap sinar matahari dan timbul ruam kemerahan mirip bentuk kupu-kupu di sekitar hidung dan pipi. Jika menyerang sendi, maka sendi membengkak dan
terasa nyeri. Jika sistem darah yang terkena akan terjadi anemia, mudah terkena infeksi dan mudah mengalami perdarahan. Peradangan pada paru menyebabkan pleuritis yang terasa nyeri waktu bernapas dalam.

Protein dalam urin merupakan gejala jika ginjal yang terkena. Kaki akan membengkak kalau fungsi ginjal telah terganggu. Kelainan saraf memberikan gejala yang beragam. Dapat berupa gangguan gerak atau raba, keluhan sakit kepala, kejang, bahkan penurunan kesadaran.

***

LUPUS dapat mengganggu kehamilan sehingga terjadi keguguran, gangguan perkembangan janin atau bayi lahir mati. Sebaliknya, kehamilan dapat memperburuk gejala lupus.

Akan tetapi, bukan berarti penderita lupus tidak boleh hamil. “Penderita lupus boleh hamil, kecuali mereka yang sakit berat di ginjal, otak, paru, dan jantung,” ujar Zubairi.

Syaratnya, penderita dalam kondisi remisi, yaitu keluhan fisik sudah teratasi dan tidak muncul selama tiga sampai enam bulan. Misalnya, sendi tidak terasa nyeri, rambut tidak rontok lagi, dan pemeriksaan laboratorium
menunjukkan anti-DSDNA membaik, kadar C3 dan C4 normal.

Penderita lupus yang pernah mengalami keguguran perlu mewaspadai adanya sindrom antibodi antifosfolipid (APS), yaitu terbentuknya antibodi abnormal yang menyebabkan tromboemboli atau bekuan dalam sirkulasi
darah yang menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh. Jika terjadi pada plasenta, pasokan darah dan nutrisi pada janin akan terganggu dan terjadi keguguran.

“Karena itu penderita perlu dicek darah. Jika memang mengalami APS bisa diobati sehingga kehamilan tidak terganggu,” jelas Zubairi.

***

SEJAUH ini penyebab lupus belum diketahui secara pasti. berbagai penelitian menunjukkan faktor genetik, hormonal, stres kronis, infeksi virus, sinar matahari, dan obat-obatan tertentu sebagai penyebab.

Menurut Zubairi, sepuluh persen penderita memiliki riwayat keluarga yang menderita lupus maupun penyakit otoimun lain. Obat-obatan yang bisa memicu timbulnya lupus adalah pil kontrasepsi, sulfa, dan penisilin.

Perempuan dan laki-laki bisa terkena lupus. Tetapi, kebanyakan lupus menyerang perempuan di usia produktif. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak-anak maupun pada wanita menopause.

Tidak mudah mendiagnosis penyakit lupus, sehingga penyakit ini sering dijuluki the Great Imitator alias peniru ulung. Gejalanya tidak khas. Nyeri pada sendi membuat pasien didiagnosis menderita rematik, keluhan pada
ginjal membuat pasien dikira menderita gangguan ginjal, kurang darah akan didiagnosis sebagai anemia. Karena itu, bisa jadi penderita lupus baru diketahui setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun mengidap penyakit itu.

Sesuai dengan jenis organ tubuh yang diserang serta berat-ringannya penyakit, lupus diobati dengan obat antiradang nonsteroid, antimalaria atau kortikosteroid misalnya prednison.

copy paste? silahkan, tidak dilarang. Tapi minta tolong supaya dicantumkan link sumbernya, anda lebih keren.

— April 3, 2005

What Do You Think?

Thanks elo © 2018