ASI Sehat untuk Ibu dan Bayi

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 mendapati baru sekitar 52 persen ibu yang memberikan ASI (air susu ibu) eksklusif kepada anak-anak mereka.

Kondisi ini, menurut Menteri Kesehatan Achmad Sujudi dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Azrul Azwar, lebih baik dari Brazil, yaitu 42 persen pada tahun 1996. Tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan Cuba yang telah mencapai 72 persen pada tahun 1996.

Sambutan yang dibacakan dalam rangka pembukaan seminar Sosialisasi Pekan ASI Sedunia di Ruang Serba Guna Depkes RI, Rabu (14/8) ini menargetkan pada tahun 2005, 80 persen wanita Indonesia sudah memberikan ASI Eksklusif Tujuan pelaksanaan seminar adalah untuk meningkatkan kesadaran para peserta untuk memberikan ASI Eksklusif kepada para bayi dari sejak lahir sampai usia empat sampai enam bulan. “Selain itu, seminar ini merupakan salah satu upaya nyata dalam peningkatan pemberian ASI khususnya di kalangan ibu bekerja,” jelas Azrul.

Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada tahun 1997 jumlah ibu bekerja di Indonesia mencapai 34,33 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan sekitar 4,76 persen per tahun.

Yang dimaksud dengan pemberian ASI Eksklusif, menurut Dr Utami Roesli, Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Sint Carolus, adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan cairan lain. Misalnya susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa bantuan bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, nasi yang dilembutkan, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain sebagainya.

Kegunaan pemberian ASI Ekslusif ini tidak hanya diperoleh bayi, ibu yang menyusuinya pun akan mendapatkan keuntungan. Yaitu, si akan lebih cepat kembali ke berat badan yang normal. “Ini disebabkan adanya refleks prolaktin yang bisa mempercepat pengerutan rahim,” jelas Utami.

Pernyataan tersebut didukung oleh aktris sinetron Unique Pricilia yang memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. “Saya bekerja dari pagi hingga malam, tetapi saya selalu menyempatkan diri untuk memberikan ASI kepada anak saya. Berat badan saya pun lebih cepat kembali ke berat badan saya yang normal,” jelas Unique.

Bagaimana untuk para ibu yang bekerja di kantor? Bukan masalah. Saat ini, ASI dapat disimpan agar tetap dapat diberikan saat para ibu bekerja. ASI yang telah dimasukkan ke dalam cangkir atau gelas tertutup yang disimpan pada suhu kamar/di udara terbuka (26 derajat Celcius) bisa tahan selama enam sampai delapan jam. ASI yang disimpan dalam termos yang berisi es batu (yang dibuat dari air matang) akan tahan selama 24 jam. Sedangkan ASI yang disimpan dalam lemari es akan tahan selama 2-3 hari.

Selain seminar yang berlangsung sekitar dua jam, dilaksanakan pula peresmian Klinik Laktasi yang berlokasi di dalam Poliklinik Departemen Kesehatan, serta Klinik Konsultasi Stres dan Klinik Rehabilitasi Medik guna melengkapi fasilitas yang tersedia. Peresmian tersebut ditandai dengan pengguntingan pita oleh Drg Kuswartini selaku Irjen Departemen Kesehatan.

copy paste? silahkan, tidak dilarang. Tapi minta tolong supaya dicantumkan link sumbernya, anda lebih keren.

— April 3, 2005

What Do You Think?

Thanks elo © 2018