Alergi kacang, makanlah kacang. Lho, bukankah hanya akan memperparah alerginya? Pasti itu yang terbersit dalam benak kita saat membaca kalimat pertama.
Tapi itulah yang disarankan sebuah penelitian yang dilakukan John Hopkins University, bila seorang anak mengalami alergi kacang, maka untuk menghilangkannya ia harus makan kacang.
Tapi, bukan berarti ia harus makan kacang setiap hari. Dengan memakan kacang paling sedikit satu bulan sekali bisa membantu menjaga toleransi alergi. Meski alergi lambat laun menghilang dengan rajin mengkonsumsi kacang dalam jumlah terbatas, namun harus tetap menyediakan adrenalin di dekat anak. Sehingga jika terjadi reaksi alergi, maka orang tua tidak perlu panik.
“Terus terang kami terkejut menemukan anak yang berhasil disembuhkan alerginya, tiba-tiba kambuh,” kata ketua peneliti, dr Robert A. Wood, profesor pediatrik dari John Hopkins University, yang dalam studinya, mengamati 68 anak yang positif menderita alergi kacang.
Sebenarnya, tujuan awal studi tersebut untuk mencari tahu angka kekambuhan alergi pada anak. Selain itu, para peneliti ingin mengidentifikasi faktor risiko yang menyebabkan alergi timbul kembali. Sekaligus mencarikan solusi terapi anak yang reaksi alergi terhadap kacangnya begitu hebat.
Akhirnya, tim tersebut melihat kadar imunoglobulin-E yang spesifik terhadap kacang. Riset juga melakukan umpan kacang pada pasien dan meminta responden untuk menjawab pertanyaan makanan apa saja yang dikonsumsinya.
Dari penelitian dicatat sekitar 8 persen dari responden yang mengalami kekambuhan alergi justru lebih banyak timbul pada anak yang menghindari makan kacang, terutama setelah mengetahui dirinya menderita alergi.
“Dari survei tersebut tampak lebih kecil kemungkinan alergi kambuh bila memakan kacang seperti biasa ketika memang anak sudah terbisa menolerirnya,” kata Wood.
Kondisi ini bisa diterapkan pada jenis makanan lain, misalnya, susu atau telur. Meski sudah diperbolehkan memasukkan kembali kacang dalam menu, masih banyak orang tua yang tidak berani memberi kesempatan anaknya untuk makan kacang lagi. Ketakutan mereka terhadap timbulnya reaksi alergi terbilang masih sangat tinggi.
Alergi sendiri cenderung banyak dijumpai pada negara maju, dan masih jarang terdengar di negara berkembang. Kemungkinan adanya peningkatan alergi di negara maju bisa dijelaskan dengan teori higienis.
“Semakin jarang bayi kontak dengan bakteri dan infeksi, maka sistem imunnya semakin terfokus pada hal-hal semacam alergi. Itulah sebabnya, alergi jauh lebih banyak timbul di negara maju yang tingkat kesehatannya lebih bagus,” tambahnya.
Beda lagi bila anak tumbuh dan berkembang di daerah peternakan atau pertanian. Risiko alergi lebih kecil. Apalagi kalau jika sering melakukan kontak dengan hewan.
“Sebaliknya, semakin sering anak terpapar bakteri dan infeksi, semakin kecil kemungkinannya terserang alergi,” tandasnya.
Dr. Scott H. Sicherer, profesor ahli anak dari Jaffe Food Allergy Institute, Mount Sinai School of Medicine menambahkan penelitian alergi kacang masih akan terus berlajut mengingat penderita alergi kacang masih banyak dijumpai pada anak usia sekolah dimana sekitar 20 persen dari mereka masih sering mengkonsumsi kacang sebagai bekal mereka di sekolah.
copy paste? silahkan, tidak dilarang. Tapi minta tolong supaya dicantumkan link sumbernya, anda lebih keren.
— April 3, 2005